Membina Keluarga Pecinta Al Qur’an – Kabar Saung Oktober 2012
October 17, 2012 § 2 Comments
Oleh: Mbak Dewi Anggraini
“Khairukum man ta’allamal-Qur-aana wa ‘allamahu”
Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar al-Quran dan mengajarkannya
(H.R Bukhari)
Akrab berasal dari kata qarib, aqrab yang berarti lebih dekat. Akrab yang dimaksudkan disini utamanya adalah bagaimana menumbuhkan kecintaan pada Al-Quran. Sebaik-baik kecintaan kita pada Al Quran adalah menyebarluaskannya (sebagaimana hadits diatas) dan ketika berinteraksi dengan orang lain, mereka dapat melihat nilai-nilai Al Quran teraplikasi dalam diri kita.
Aisyah radiallahu ‘anha, ketika ditanya tentang akhlak rasulullah menjawab “kaana khuluqul-Quran (perilaku beliau adalah Quran)”.
“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.” (HR. Ahmad)
Bagi orang tua terdapat berbagai keutamaan mengajarkan Al Quran pada anak, diantaranya:
- Mendapat pahala yang besar
- Mencetak anak shalih yang doanya termasuk dalam amal jariyah
- Mendapat jubah kemuliaan di hari kiamat
“Siapa yang membaca Al Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini? Dijawab “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Quran”. (HR. Al Hakim)
Al-Quran itu Mudah
Allah menjamin bahwasanya Al Quran itu mudah. Jaminan kemudahan tersebut Allah tegaskan dalam surah Al Qamar dalam 4 kali pengulangan.
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al- Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (Al-Qamar: 17, 22, 32, dan 40)
Allah juga memberi banyak contoh dan tauladan akan kemudahan Al Quran melalui pribadi-pribadi yang namanya tercatat dalam sejarah. Berikut diantaranya;
- Seorang anak Iran bernama Sayyid Muhammad Husein Tabataba’i, mulai belajar Al Quran pada usia 2 tahun dan berhasil hafal 30 juz dalam usia 5 tahun. Pada usia sebelia itu dia tidak hanya mampu menghafal seluruh isi Al Quran, tapi juga menggunakan ayat-ayat itu dalam percakapan sehari-hari
- Imam Syafi’I sudah hafal al-Qur’an 30 juz saat berusia 7 tahun. Pada usia 10 tahun ia hafal kitab al-Muwaththa` karya Imam Malik dan pada usia 15 tahun ia sudah dipercayakan untuk berfatwa oleh gurunya dan menjadi imam shalat
- Yusuf Qordhawi sudah hafal Al Quran pada usia 10 tahun
- Hasan Al Banna juga hafal Al Quran pada usia 10 tahun
Ada beberapa kunci bagaimana mendidik anak akrab dengan Al-Quran
I. Mulai dari orang tua
- Pendidik/orang tua harus memahami apa itu Al Quran, keutamaannya dan kewajiban terhadap Al Quran
- Pendidik/ortu juga gemar dan akrab dengan Al Quran
- Pendidik/ortu punya visi qur’ani terhadap anak didik, keluarganya, bangsanya
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu” (Surah At Tahrim ayat 6)
Hendaknya orang tua senantiasa memanjatkan doa agar diberi keturunan yang shalih, yaitu, sebagaimana dicontohkan dalam Al Quran:
- Doa Nabi Zakariyya ‘alaihissalam ketika menginginkan anak:
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Wahai Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. (terdapat dalam surat Ali Imran ayat 38)
- Doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ketika meminta anak:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Wahai Rabbku, berilah aku keturunan yang shalih.” (surat Ash-Shaffat ayat 100)
- Doa hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Wahai Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (terdapat dalam surat Al Furqan ayat 74)
Pentingnya ortu memiliki visi qurani juga terangkum dalam kisah Imam Al-Ghazali. Ayahnya adalah seorang tukang tenun yang dalam kesehariannya sering bergaul dengan ulama. Hal tersebut menyebabkan terbentuknya visi dalam diri beliau agar nantinya sang putra juga menjadi seorang ulama. Kelak, kita mengenal Imam Al Ghazali sebagai hujjatul islam dan pada usia 35 tahun beliau sudah menjadi rektor Universitas Al Baghdad.
4. Pendidik/ortu bersungguh-sungguh dan bekerja sama secara sinergis
Kewajiban pertama seorang ayah terhadap anaknya adalah mencarikan ibu shalihah, memberikan nama yang baik. Ayah diharapkan dapat membangun kerangka yang jelas, agar dapat membentuk keluarga yang dibangun atasnya Al Quran. Sedangkan ibu shalihah diharapkan dapat mengisi kerangka tersebut sesuai visi bersama secara sinergis.
Terdapat kisah keluarga yang sangat terkenal dalam Al Quran yaitu keluarga Imran. Imran bukanlah seorang nabi, namun ia adalah seorang yang saleh dan taat pada perintah Allah. Darinya lahirlah Maryam yang terjaga kesuciannya dan kelak menjadi ibu dari seorang nabi dan rasul pilihan Allah.
II. Mulai dari rumah
- Kondisikan rumah “akrab” dengan Al Quran; murotal setiap hari, tidak ada gambar-gambar syubhat dan yang dilarang, pasang kaligrasi ayat-ayat Al Quran, ciptakan situasi bacaan islami, music islami (nasyid) serta menjauhi perkataan dan perbuatan fahisyah. Senantiasa berkata baik, tidak memanggil anak dengan panggilan buruk dan membangun konsep diri yang baik pada anak. Lengkapi rumah dengan perpustakaan sehingga mempunyai referensi yang shahih dalam belajar (mis Al Quran dan tafsirnya, hadits dan tafsirnya, shirah nabi dll)
- Biasakan keluarga bangun sebelum shubuh, budayakan shalat berjamaah (utamakan di masjid). Hidupkan selalu budaya tilawatil quran yaumiah
- Tidak ada kegiatan lain setelah shubuh selain interaksi dengan Al Quran, diakhiri dengan doa. Orang tua harus disiplin dan menjadikan kegiatan tersebut sebagai agenda yang tidak bisa diganggu
- Tidak ada kegiatan lain setelah maghrib selain interaksi dengan Al Quran dan mengkajinya hingga Isya
- Melawan kebosanan dan kemalasan dengan kegiatan variatif, dinamis, fresh dan beri penghargaan atas setiap usaha meski sedikit
III. Mulai dari sekolahnya
- Ajak dialog anak, arahkan, dan pilihkan sekolah /lembaga pendidikan yang mendukung
- Bangun komunikasi dengan guru dan sekolah
- Bangun kerjasama yang efektif dengan SQC (system quality control)
- Fasilitasi kebutuhan anak, arahkan keinginannya, bentuk jiwanya sebelum habis waktunya (ketika masuk masa remaja, 11-15 tahun adalah jelang berakhirnya masa usia anak)
Sayyidina Ali memberikan nasehat sederhana pada kita tentang bagaimana cara mendidik anak:
- Ketika dia berumur < 7 tahun, maka perlakukan ia bagai raja. Pilihkan sekolah yang baik sehingga anak tumbuh baik.
- Ketika dia berumur 7-14 tahun, maka perlakukan ia bagai tawanan (mengajarkan disiplin)
- Ketika ia berumur > 14 tahun, maka perlakukan ia bagai sahabat
IV. Mulai dari teman-temannya
- Kontrol peer group-nya, dengan siapa ia berteman, tanyakan siapa teman dekatnya. Kenali siapa temannya dan kalau perlu cari tahu siapa orang tuanya
- Arahkan, bimbing dan bentuk lingkungan teman-temannya
- Kontrol waktu dan tempat bermain dengan teman-temannya
- Buat program yang mendukung bersama teman-teman di lingkungannya (mis waktu libur isi dengan piknik tahfizd qurani yang fun)
Ending
- Akhiri hari dengan cooling down, penuh keakraban dan kenyamanan
- Tutup malam dengan evaluasi dan munajat pada-Nya agar selalu diberi kebaikan dan petunjuk
“Khairukum man ta’allamal-Qur-aana wa ‘allamahu”
Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar al-Quran dan mengajarkannya
(H.R Bukhari)
Keluarga IMAS juga mengucapkan terima kasih atas kontribusi panitia Saung Istiqomah Oktober 2012:
Ketua: Luqman
MC: Enes
Acara: Falah, Monika, Ino
Logistik: Yandi, Andi, Agil
Registrasi: Fathi, Ratih, Yudho, Hendika
Dokumentasi: Djati, Aziz, Faiz
Radio: Damar, Ghifari Eka
Saung Anak: Mbak Dewi dan team
Konsumsi: Mbak Anna dan Mbak Lenny
Publikasi: Himawan, Salza
Terbukti dalam sejarah kemanusiaan, didikan al-Qur’an telah melahirkan generasi yang benar-benar mendokong al-Quran dan as-Sunnah. Itulah proses didikan yang telah menghasilkan generasi Muslimin sejati dan berwibawa mengepalai pimpinan alam ke arah kesejahteraannya. Generasi yang melengkapi sifat-sifat kepimpinan yang tinggi dan mulia, yang mengandungi pemuda-pemuda yang berjiwa Tauhid dan tidak dipengaruhi atau terpengaruh dengan nilai-nilai keduniaan. Cita-cita mereka ialah memenangi keredhaan Allah SWT semata-mata. Mereka sentiasa bersedia menyahut panggilan Iman dan memandang kehidupan jahiliyyah tidak bernilai. Nilai mereka sebenar ialah nilai Allah SWT. Justeru inilah yang perlu kita bina, membina individu muslim yang beriman, kemudian membentuk keluarga lalu ahli keluarga di didik dengan didikan Al Quran demi membina keluarga yang beriman, dan insyaAllah, masyarakat dan ahli komuniti yang beriman akan terbentuk dan dominan dalam masyarakat.
Really good post!