IMAS – Indonesian Muslim Association in Singapore

Oleh: Pahlevi Fikri Auliya

===

Dalam sebuah nama, ada amanah. Teman SMP saya si Yusuf.. Sesuai namanya, cobaannya adalah penampilannya yang rupawan. Dan sesuai namanya, amanahnya adalah menjaga kesucian dirinya.. “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku” (QS Yusuf), adalah tekadnya…

Saung Istiqomah nama acara itu. Mungkin saja, kata “Istiqomah” itu sekedar copy dari nama masjid tempat diadakannya. Tapi nama bukan sekedar hiasan. Ia menitipkan amanah. Dan amanah itu – alhamdulillah – terwujud, 3 tahun sudah Saung Istiqomah istiqomah berjalan.

===

Selalu ada pelajaran berharga dari Saung Istiqomah. Yang utama, pastinya ada banyak ilmu dan cerita dari sang narasumber. Tapi yang lebih menarik, pelajaran paling berharga sering kali tidak datang dari beliau2. Di balik Saung Istiqomah, ada kerja orang-orang “invisible” yang menjadikannya bergerak. Merekalah telaga ilmu yang tersembunyi, harta terpendam yang merahasiakan nilainya..

Di antara telaga2 tersebut, mari berkunjung pada telaga milik sie logistik. “Tukang angkat2 barang”, begitu sering kali mereka tawadu’ memperkenalkan dirinya. Mereka adalah yang bertanggung jawab terhadap segala urusan logistik, tata letak tempat, sound system, hingga belanja snack buat acara anak2. Mulai dari belanja barang hingga beres2 barang, amanah mereka selebar itu.

===

Pembicaraan dengan supir taxi kemarin menambah kekaguman terhadap mereka. “How much did they get paid for the event?”. Oh, tidak ada imbalan apapun untuk pekerjaan 10 jam ini, kecuali sekotak makan siang seharga $5 (dan ucapan terimakasih yang tidak mengenyangkan perut maupun melepaskan penat). Sebagai pembanding, di Singapore ini, kerja part time di restauran (nyuci piring, mengelap meja), dihargai $5 satu jamnya.

Pun bukan hal yang mudah merelakan dua hari weekends “sekedar” untuk memeras keringat begitu. Apalagi mereka adalah orang kantoran yang tiap harinya duduk nyaman di depan komputer, dalam ruangan ber-AC. “Bukan level kerjaan kami”, bisa saja mereka berkilah seperti itu.

===

Masih banyak lagi tentunya orang-orang hebat di sana. Mereka berkorban waktu, tenaga, hingga harta.. Ah, jadi teringat pada seseorang yang sangat ringan mengeluarkan puluhan dollar untuk transportasi taxi (yang memang diperlukan). Dan juga seseorang yang hobi menemani narasumber berkeliling Singapore, mengunjungi kembali tempat2 yang sudah berkali-kali dikunjungi, menonton kembali pertunjukkan “Song of the Sea” yang bisa jadi sudah 5 kali lebih dia tonton. Dan juga seseorang yang akhir Ramadhan lalu (wah sudah hampir setahun ternyata :)), mentraktir sahur McD untuk sekian banyak panitia, yang i’tikaf di Masjid Istiqomah setelah malam sebelumnya kelelahan mengadakan acara.

Sie dokumentasi yang lompat2 ke sana ke mari mengabadi momen2 kenangan, men-“digitalkan” ilmu untuk disebarluaskan menembus batas ruang dan waktu. Sie Radio Pengajian Dot Com yang bekerja di belakang layar (literally), menyebarkan manfaat ke penjuru dunia. Sie penyambut tamu yang memberikan sambutan hangat untuk hadirin, walau terpaksa tidak bisa mendengarkan siaran langsung acara. Saung anak yang mengajarkan tunas2 penerus kita, ilmu2 yang insyaAllah bermanfaat (dan mungkin capek juga ya menghandle sekian banyak anak?). Sie acara & MC yang menjadi tulang punggung jalannya acara. Qori yang membuka acara dengan pembuka terindah. Sie publikasi yang tanpanya tidak akan ada manfaat yang bisa dibagikan. Sie konsumsi yang memastikan urusan perut terpenuhi (bukan urusan sepele ini :D)…

===

Oh, tentu mereka bukan malaikat tanpa cela. Banyak pula evaluasi dan koreksi. Tapi apa serunya membicarakan kekurangan mereka, yang kita pun belum tentu tidak memilikinya? 🙂

“…Perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya [menjulang] ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya” – QS Ibrahim.

http://jaisyulquran.blogspot.sg/2012/02/manis-harum-dan-lembut.html

*Ramadhan berapa hari lagi?