Dalam Dekapan Ukhuwah – Kabar Saung Februari 2012

March 1, 2012 § Leave a comment

Oleh: Hening Sawitri

“Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara”, begitulah wasiat Sang Nabi.

Dua orang yang saling mencintai kerana Allah, bertemu dan berpisah kerana Allah merupakan salah satu dari tujuh golongan yang Allah akan menaungi mereka pada hari yang tiada naungan melainkan naungan-Nya.

Batasan ukhuwah itu tidak hanya kepada orang yang sudah kita kenal saja. Akan tetapi berlaku juga pada orang-orang yang telah mendahului kita, orang-orang yang masih hidup, bahkan pada orang-orang yang belum hidup. Jadi di dalam dekapan ukhuwah kita pun bersaudara dengan para nabi dan para sahabat Rasululllah SAW, selain itu juga kita bersaudara dg generasi selanjutnya.

Rekaman Audio (klik di sini)

Bicara Ukhuwah itu bukanlah sesuatu yang manis-manis saja tapi juga ada masalah atau ujian dari Allah SWT (bukan tanpa masalah). Bahkan Rasulullah SAW pun punya masalah contohnya ketika Aisyah difitnah berselingkuh. Di dalam Al-Qur’an pun, antara ukhuwah dan masalah menjadi satu bahasan di QS. Al-Hujurat: 10.

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."

Selanjutnya kita akan membahas QS. Al-Baqarah: 155-157 mengenai bagaimana kita menata hubungan akan nikmat-nikmat Allah, baik nikmat-nikmat yang baik dan menyenangkan maupun berupa musibah atau ujian dari Allah SWT.

Pada QS.Al-Baqarah: 155, “Walanab luwannakum” (Waw di awal kalimat merupakan waw qasam = sumpah) bahwasanya Allah telah bersumpah akan menguji atau memberi masalah pada hambanya.

“Bisyaiin” berarti dengan sesuatu (yang terukur). Tidakkah ingat bahwa Allah menjadikan hidup ini memang sebagai ujian. Dan Allah tidak akan menguji suatu kaum-Nya di luar batas kemampuannya. Jadi, ujian ini ‘pasti’ (dengan izin Allah) bisa dilewati. Jadi, kenapa harus takut?

Itulah kenapa manusia diwajibkan berusaha. Bukankah Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak mengubah nasibnya sendiri? Allah memang berjanji akan menguji hamba-Nya sesuai kemampuannya, tapi kemampuan itu hanya didapatkan jika manusia mau mengubah dirinya. Allah bukan ingin menguji kemampuan kita saja tapi ingin melihat bagaimana kemauan kita dalam memaknainya. So, kenapa tidak berusaha?

“Minal khauuf ” artinya dari ketakutan. Seperti kisah Nabi Musa pernah merasakan takut yang amat sangat.

“Wal juu ” artinya “dan kelaparan”. Seperti kisah Nabi Yunus yang kelaparan saat berada di perut ikan dalam waktu yang lama.

“Wanaqsim minal amwaali wal anfusi watstsamaraat” artinya dan kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan”. Seperti kisah Nabi Ayub as, yang ditinggalkan istrinya, anak-anaknya meninggal, dirinya ditimpa penyakit kulit hingga kulit dagingnya terkelupas, bersin-bersin, dsb hingga tinggallah lisan dan hatinya yang masih berfungsi. Nabi Ayub tidak menyalahkan Allah tapi justru mengakui kekurangan dirinya. Karena Ia yakin bahwa sesungguhnya nikmat yang baik dan yang buruk itu semuanya dari Allah. Pasti ada hikmah dari setiap kejadian dan kehendak-Nya. Lalu Nabi Ayub pun berdoa, ” Ya Allah, aku adukan kepada-Mu, lemahnya diriku, kurangnya daya upayaku, dan hinanya diriku dihadapan-Mu.”

Tidak ada nikmat yang melampaui nikmatnya Nabi Sulaiman. Dan tidak ada musibah atau ujian dari Allah SWT yang melampaui musibah atau ujiannya Nabi Ayub.

“Wa basysyirish shaabiriin” artinya “dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar “. Amat agung orang yang bersabar. Karena balasan orang yang bersabar, yaitu :
1. Akan dibebaskannya dari siksa api neraka dan dimasukkan kedalaman syurga.
2. Allah berikan rahmat-Nya.
3. Sebagai Muhtadun (orang yang mendapat hidayah dari Allah SWT)

Sabar dan syukur merupakan kendaraannya menuju syurga.

Seperti apakah orang yang bersabar itu?
Di dalam QS. Al-Baqarah: 156 dijelaskan bahwa orang yang sabar itu ‘ (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innaa lillaahi wa Innaa Illahi raaji’uun” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali) ‘. Pada ayat tersebut bukanlah semata-mata ayat tentang kematian saja, akan tetapi membahas juga tentang sifat-sifat orang yang terbaik dan Allah akan membalasnya sesuai dengan kebaikan atau amal sholih yang dilakukannya.

Selanjutnya di QS.Al-Baqarah: 157, Allah SWT berfirman:

"Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."

Doa untuk orang-orang beriman yang sudah meninggal :

"ROBBANAGH FIRLANA WALI IKHWANINAL LADZINA SABAQUNA BIL IMAN WALA TAJ'AL FI QULUBINA GHILLAL LILLADZINA AMANU ROBBANA INNAKA RO-UFURROHIM ". ( QS. AL HASYR : 10 )

Artinya : Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa saudara kami yang beriman , saudara-saudara kami yang mendahuluinya kami pergi membawa iman dan janganlah engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

Jadi kita itu diperintah oleh Allah untuk memintakan ampun saudara-saudara kita yang telah mendahului kita, agar dosa-dosanya bisa diampuni. Hanya doa dari dunia inilah yang diharap-harapkan oleh mereka.

Musibah atau ujian atau bala adalah sesuatu yang pasti, ketika kita meyakini bahwa kita beriman kepada Allah SWT. Musibah itu diberikan sesuai dengan kadar keimanan seseorang. Siapa yang paling berat musibah atau ujian atau balanya dari Allah SWT, urutannya adalah para Nabi, para Asy-shidiq, para syuhada lalu orang-orang yang tingkat keimanannya dibawah mereka.

Allah sudah menentukan satu ketetapan, bahwa orang-orang yang beriman itu pasti akan menghadapi ujian. Manusia tidak akan dbiarkan menyatakan dirinya beriman lalu tidak mendapatkan ujian. (QS. Al-Ankabuut: 2-3)

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (٢)وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta."

Keimanan dan ujian itu ibarat gula dan manisnya. Satu tidak bisa dipisahkan dari yang lain. Orang beriman yang benar dalam keimanannya akan merasakan manisnya setiap ujian keimanan yang dihadapinya. Karena dia tahu bahwa ujian keimanan itu adalah bukti kecintaan Allah kepadanya. Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Innallaaha idzaa ahabba qauman ibtalaahum.” (Sesungguhnya apabila Allah mencintai satu kaum, maka Dia akan menguji mereka). Kalau yang dihadapi ujian kebaikan, maka dia akan bersyukur dengan memanfaatkan kebaikan yang diterimanya di jalan Allah. Kalau ujian keburukan yang dia terima, maka dia akan sabar dengan senantiasa menjaga diri untuk tetap berada di jalan Allah. Dia faham, bahwa Allah menguji hamba-Nya dengan kebaikan dan keburukan. (QS.Al-Anbiya: 35).


كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan".

Bila dia rela menerima ujian itu, maka Allahpun akan ridlo kepadanya. Sebaliknya bila dia marah maka Allah juga akan murka.

Yang perlu ada dalam hati adalah keyakinan bahwa tidak mungkin orang beriman dengan benar tanpa menghadapi ujian. Ujian bukan untuk dihindari tetapi untuk dihadapi. Ujian adalah sarana untuk meningkatkan keimanan. Berikutnya, jangan ada keraguan sedikitpun di hati kita, bahwa Allah akan menunjukkan jalan keluar bila kita menghadapi ujian itu dengan kesungguhan, keuletan, dan kegigihan.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
"Dan orang-orang yang berjihad (mencari keridloan kami) sungguh Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS. Al-Ankabuut: 69).

Dan yang terakhir, jangan lupa bahwa Allah telah berjanji akan menunjukkan jalan keluar berbagai kesulitan hidup, bila kita menghadapinya dengan penuh ketakwaan. “Wa mayyattaqillaaha yaj’allahuu makhraja.”
Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, QS. Ath-Thalaaq: 2.


فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ فَارِقُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ عَدْلٍ مِنْكُمْ وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلَّهِ ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
"Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar "

Maka yang perlu kita lakukan adalah meningkatkan kualitas ketaqwaan kita kepada Allah, sehingga Allah akan mengulurkan pertolongan-Nya. Semoga Allah pilih kita menjadi hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa yang setiap saat siap menghadapi ujian keimanan, aamiin.

Mari saling mendoa dan mengejanya dengan kerja, dalam dekapan ukhuwah.

Wallahu’alam bishshowwab…

===============================
Segenap warga IMAS mengucapkan Jazakallah Khairan Katsira kepada nama-nama berikut atas kontribusinya di Saung Februari 2012:

Panitia
Koordinator: Arie Sukriadi
Sie. Logistik: Ino, Teguh & Hafidh
Sie. Acara: Dhika & Baim
Sie. Dokumentasi: Anjar & Kiki
Sie. Saung Anak: Puti, Karina, Diah Nur, Arfika & Hanifah
Sie. Konsumsi: Andi
Sie. Radio Pengajian : Damar
Penerima Tamu: Hanin & Tri

Pengisi Acara
Penceramah: Ustadz Salim A. Fillah
Moderator: Baim
Tilawah: Bening

Dan juga kepada KBRI Singapura, Masjid Istiqamah KBRI dan seluruh warga muslim Indonesia di Singapura.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

What’s this?

You are currently reading Dalam Dekapan Ukhuwah – Kabar Saung Februari 2012 at IMAS - Indonesian Muslim Association in Singapore.

meta

%d bloggers like this: